Minggu, 03 Mei 2009

KATEDA JEPARA

Masih ingat peristiwa tenggelamnya peserta ujian perkumpulan beladiri Kateda di pantai Ngliyep, Malang, Jawa Timur 16 Agustus 1992? Musibah itu terjadi ketika lima orang peserta ujian master menemui ajal saat menguji daya tahannya menghadapi terjangan gelombang laut. Peristiwa tersebut sempat menjadi polemik berkepanjangan karena dua orang di antaranya adalah warga negara asing, salah satunya adalah seorang pangeran putra kepala suku di Nigeria.
Sejak peristiwa tersebut, olahraga Kateda seperti hilang ditelan bumi. Ironisnya, karena kurang informasi maka olahraga ini dianggap berdekatan dengan ilmu hitam dan mistik yang harus dihindari atau dilarang sama sekali dipelajari.
Namun, dalam perkembangannya, ternyata Kateda banyak penggemarnya hingga saat ini. Olahraga ini tersebar dari mulut ke mulut, diajarkan kepada kelompok kecil sehingga tidak melembaga dan muncul ke permukaan. Selain itu, Kateda mengajarkan untuk selalu mencintai sesama dan perdamaian sehingga tidak dikenal adanya sistem randori atau pertarungan maupun eksibishi. Pengikutnya sangat low profile tetapi berkeinginan agar olahraga ini berkembang terus jumlah pesertanya. Dalam perkembangannya, Kateda meniadakan tradisi latihan tersembunyi dan digantikan dengan sistem latihan yang terorganisasi dengan tata tertib yang jelas.
”Kateda merupakan beladiri yang tidak mengunakan kekuatan magis, hanya mengandalkan kekuatan tenaga murni yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri tanpa menggunakan doa atau mantra,” kata Rino salah seorang master.
Ia mendirikan perkumpulan Kateda Self Defense Association bersama beberapa teman termasuk orangtuanya. Menurutnya, olahraga ini hanya mempergunakan pernapasan yang telah dipelajari sejak dahulu kala yang dapat mengontrol semua organ di dalam tubuh kita termasuk dapat mengontrol pikiran orang lain. Dalam olahraga ini justru diutamakan untuk lebih mengenal dan mencintai diri sendiri, dimana dalam tiap tubuh manusia memiliki potensi besar tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Contohnya tenaga murni itu mampu menghasilkan tenaga yang luar biasa besarnya apabila dikelola atau dilatih secara proporsional.
Awalnya, Rino ingin mencoba sesuatu yang baru dari olahraga yang mengolah tenaga dalam. Setelah mencoba Kateda, ia merasakan banyak perubahan seperti pembawaan dirinya menjadi lebih tenang dan sabar bahkan terhindar dari narkoba. ”Dulu saya cuma mau coba-coba dan ternyata keterusan. Pernah juga sih pakai narkoba, setelah melakukan terapi dan ditambah dengan ikut Kateda, sekarang lebih baik,” tutur mahasiswa tehnik mesin semester enam ini menceritakan pengalamannya. Setelah beberapa waktu berjalan, peserta perkumpulan yang mengambil tempat berlatih di kawasan Cibubur mulai banyak dan itu berkembang dari mulut ke mulut.

Beladiri dan Kesehatan
Untuk latihan beladiri Kateda terdapat berbagai macam gerakan senam hingga gerakan jurus. Pada gerakan senam biasanya dipakai untuk pemanasan dan memperlentur gerakan kita, sementara gerakan jurus terbagi dalam 20 jurus yang terbagi tingkatannya. Dalam jurus tersebut juga terdapat pengembangan jurus yang menggunakan pernapasan, jadi jurus dalam Kateda terdapat 40 model jurus. Dalam latihan kita juga diajari bagai mana cara menghadapai masalah yang mungkin kita bisa hindari maupun yang tidak bisa kita hindari. Hal ini diajarkan sesuai dengan jiwa yang ditanamkan Kateda meminta perdamaian dan ketenangan diri yang lebih diutamakan.
”Sejak ikut olahraga ini, saya lebih banyak bersabar menghadapi tiap masalah dan lebih percaya diri dalam keseharian,” tutur Rino.
Jadi bila kita ikut dalam anggota beladiri Kateda bukan berarti kita dapat menggunakan keahlian kita seenaknya.
”Pernafasannya seperti cabang olahraga beladiri maupun seperti Merpati Putih dan sebagainya. Hanya saja, dalam Kateda harus melepas segala ilmu beladiri yang dimiliki agar tidak mengganggu konsentrasi serta penguasan diri dalam berlatih,” kata Hero rekan Rino, yang sembuh dari penyakit sakit pinggangnya setelah ikut berlatih Kateda.
Metode pernapasan, pengontrolan otot, gerakan tubuh, konsentrasi, komunikasi Internal Heat, Inner vision dan Inner voice adalah yang diajarkan dalam olahraga ini. Sementara tingkatannya terdiri dari tingkatan sabuk, pelatih, master dan guru besar.
Pada latihan kesehatan Kateda hampir sama dengan latihan beladiri, hanya dalam latihan kesehatan tidak terdapat gerakan yang berat bagi para murid yang sudah lanjut usia, seperti gerakan jurus beladiri Kateda. Latihan dilakukan dengan menggerakkan seluruh organ tubuh kita dan sangat mudah dipelajarinya sehingga tidak dapat menimbulkan cedera yang serius pada saat latihan. ”Gerakan untuk kesehatan sangat mudah dan nyaman untuk diikuti. Pokoknya kita tanpa sadar sudah mandi keringat tetapi tidak kelelahan seperti orang lari atau aerobik,” tandas Hero.
Selanjutnya, dalam Kateda juga ada ”phisical fittnes” yang merupakan latihan paling dasar untuk mengatur kesehatan secara alami tanpa menggunakan peralatan-peralatan fitnes, olahraga yang berat di luar ruangan atau sistem diet. Berdasarkan dari latihan pernapasan dan konsentrasi pikiran yang dipadu dengan sepuluh gerakan pelatihan yang ringan, Kateda fisikal fitnes akan memberikan peningkatan stamina dan ketenangan diri serta mengurangkan berat badan tanpa menggunakan berbagai macam obat. Uniknya, kalau kita sudah menguasai pernafasan dengan baik maka kita dengan mudah untuk mengatur waktu istirahat tubuh. ”Kalau mau, kita bisa menyuruh tubuh kita tidak tidur atau istirahat berhari-hari dan dibalas hanya dengan tidur tiga jam, badan segar kembali,” imbuh Hero lagi.

Kateda sangatlah cocok bagi orang yang ingin mencari sisi lain dari olahraga beladiri dan berguna bagi kehidupan sehari-hari, khususnya untuk kesehatan tubuh dan jasmani. Juga, bukan untuk kekerasan dan kesombongan, melainkan untuk kedamaian hidup. Tinggal bagaimana kita saja yang mengolah arti kehidupan ini, apakah untuk bekerja atau ingin hidup sehat. ”Banyak pilihan yang ditawarkan menuju hidup sehat dan kedamaian, salah satunya adalah Kateda,” kata Rino. (SH/ray soemantoro)